"Ikhtilaf ummatii rahmah"
"Perselisihan umatku adalah rahmat."
Syaikh al-Albani berkata, "Para ulama ahli hadits telah mengerahkan segala kemampuan mereka untuk menemukan sanad hadits ini, namun mereka tidak bisa menemukannya. Sampai-sampai Imam as-Suyuthi berkata 'Barangkali hadits ini di riwayatkan di sebagian kita para ulama yang tidak sampai kepada kita.' Namun menurutku ucapan ini jauh dari kebenaran, karena mempunyai konsekuensi bahwa ada beberapa hadits yang hilang dari umat ini. Hal ini sama sekali tidak boleh diyakini oleh seorang muslim."
Imam as-Subki berkata, "Hadits ini tidak dikenal oleh para ulama, dan saya pun tidak menemukan sanadnya, baik sanad yang shahih, lemah maupun palsu."
Cukuplah sebagai dalil bahwa perselihisihan bukanlah datang dari Allah, seandainya kita merenungkan firman-Nya.
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. " QS 4:82
Ayat ini sangat tegas menunjukkan bahwa perselisihan bukanlah datang dari Allah. Lalu bagaimana mungkin menjadikannya syari'at yang diikuti, serta memasukkannya sebagai sebuah rahmat yang diturunkan oleh Allah.
Kesimpulannya, perselisihan adalah sesuatu yang tercela dalam syari'at ini. maka wajib menghindarinya sebisa mungkin karena dapat melemahkan umat ini, sebagaimana firman Allah
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." QS 8:46
Adapun ridha dan menamakannya sebagai sebuah rahmat adalah jelas-jelas bertentangan dengan banyak ayat al-Quran yang sangat tegas mencelanya. Hal ini juga tidak ada sandarannya, kecuali hadits ini yang sama sekali tidak ada asal-usulnya dari Rasullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Kalau ada yang bertanya, "Para sahabat pun berselisih, padahal mereka adalah manusia paling utama. Apakah mereka juga tercela?
Maka Imam Ibnu Hazm telah menjawabnya "Jelas tidak. Mereka sama sekali tidak tercela karena masing-masing orang dari kalangan sahabat ingin meniti jalan Allah dan sama-sama ingin mencari kebenaran. Maka yang salah akan mendapatkan satu pahala karena niatnya yang shalih dalam mencari kebenaran, serta dihilangkan dosa dari mereka karena mereka sama sekali tidak bermaksud berbuat salah. Adapun bagi yang benar, maka dia mendapatkan dua pahala. Demikian halnya dengan setiap muslim sampai hari kiamat jikalau berhadapan dengan suatu masalah agama yang tidak diketahuinya."
Disalin dari buku "Hadits Lemah dan Palsu yang populer di Indonesia." - Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Jika ada di tulisan ini yang tidak sesuai keduanya, maka tinggalkanlah. Segera ikuti Al-Quran dan Sunnah
0 komentar:
Post a Comment